Bantaeng, 13/03-2014 - Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah tampil pada
acara talk show Mata Najwa yang tayang di Metro TV, Rabu (12/3) malam pukul
21.05 Wita.
Bupati dua periode tersebut tampil
bersama Bupati Bojonegoro Jawa Timur Suyoto dan Walikota Bandung Ridwan Kamil
dan dipandu langsung presenter terkemuka Metro TV Najwa Shihab.
Nurdin Abdullah dalam tanyangan yang
disaksikan melalui nonton bareng bersama Wakil Bupati H Muhammad Yasin, para
Pimpinan SKPD dan petinggi daerah di Tribun Lapangan Pantai Seruni, Rabu malam
itu mendapat giliran kedua setelah Bupati Bojonegoro Suyoto yang juga Ketua
Partai Amanat Nasional dan banyak menerima penghargaan internasional.
‘’Kenapa mau susah-susah menjadi
bupati?,’’ Tanya Najwa kepada
Bupati Bantaeng setelah menampilkan profil Nurdin Abdullah yang memimpin 4
perusahaan Jepang.
Ketua Persada Sulsel yang guru besar
Fakultas Kehutanan Unhas itu mengatakan, awalnya saya menolak.
Selain karena tidak punya partai,
keluarga juga kurang mendukung. Namun karena didesak terus. Bahkan dijemput 3
ribuan masyarakat Bantaeng, akhirnya kami berfikir-fikir.
Sejumlah kiyai juga turun tangan dan
melakukan pendekatan ke mertua sembari mengatakan, kami ingin menurunkan Nurdin
dari sebagian kenikmatan yang selama ini dirasakan.
Setelah itu, kami melakukan survey
lokasi. Ternyata masyarakatnya memprihatinkan. Selain didera kemiskinan akibat
kekurangan infrastruktur, hasil pertanian juga belum tersentuh.
‘’Kami akhirnya maju menggunakan
partai kecil non parlemen. Dan ternyata menang,’’ ujarnya. Namun tentu saja
dihadapkan dengan berbagai masalah, terutama banjir tahunan.
‘’Hujan sedikit saja, Kota Bantaeng
sudah terendam. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah pertama. Bagaimana
mengatasi banjir,’’ terang ayah 3 anak itu.
Masalahnya ditemukan, namun
kendalanya, saat itu terjadi kasus bobolnya Situgentung. Banyak yang ragu,
namun saya optimistis, hanya pembangunan cekdam yang bisa mengatasi banjir
Bantaeng, urainya.
Hasilnya, hingga kini Kota Bantaeng
sudah bebas banjir. Bahkan pada musim kemarau menjadi solusi untuk pertanian.
Selain Cekdam, ada pelayanan
kesehatan yang lebih fenomenal. Inspirasinya darimana, Tanya Najwa lagi.
Bupati Bantaeng mengatakan, berawal
dari kunjungannya ke RS Prof Anwar Makkatutu pada malam hari. Ternyata mati
lampu. Gensetnya ternyata tidak ada.
‘’Bagi saya, ini sesuatu yang sangat
berbahaya terhadap sebuah RS. Selain itu, angka kematian ibu dan anak juga
tinggi hanya semata karena persoalan terlambat diantar ke RS,’’ jelasnya.
Karena itu, saya mencoba menghubungi
kolega saya di Jepang (Nurdin belajar S2 dan S3 di Jepang). Saya mencoba
‘’memulung’’ kendaraan ambulance di negeri Sakura.
Hasilnya, Jepang mengirim 2 unit
ambulance. Bahkan ditambah unit pemadam kebakaran secara hibah. Termasuk biaya
pengiriman ke Bantaeng merupakan tanggungan Jepang.
Setelah itu, dicoba dirembukkan
dengan Kadis Kesehatan. Bagaimana caranya membentuk pelayanan cepat 24 jam,
tanpa harus mengambil kartu, tapi langsung ke rumah pasien.
Dibentuklah program kemanusiaan
Crisis Center atau yang lebih dikenal dengan Brigade Siaga Bencana (BSB) yang
kini ditunjang 20 orang dokter, 16 perawat ditambah sopir yang terlatih.
Pak Nurdin juga merupakan salah satu
calon presiden alternatif berdasarkan hasil survey ? tambah Najwa lagi.
‘’Saya realistis saja. Saya ini dari
daerah kecil yang bukan dari partai. Mengawali kepemimpinan saya di Bantaeng
saja itu terasa berat, terlebih karena saya juga tidak punya pengalaman di
bidang pemerintahan,’’ ujarnya.
Kenapa berat. Bukankah banyak orang
yang berebut ingin menjadi Bupati, kejar Najwa.
Ya itu tadi, selain tidak punya
pengalaman pemerintahan. Harapan para pendukung juga tentu sulit dipenuhi dalam
waktu singkat. Akibatnya, pada tahun kedua pendukungpun bergabung dengan lawan.
Yang menguntungkan, sejak awal saya
membuka ruang kepada seluruh masyarakat yang ingin menyampaikan unek-uneknya di
kediaman pribadi saya.
Apa saja yang biasa masyarakat
sampaikan ? Tanya Najwa lagi.
Berbagai hal, mulai dari masalah
sekitar lingkungan masyarakat hingga masalah pribadi.
Contohnya ?
Bila mereka datang rombongan,
biasanya masalah jalan, air bersih atau lingkungan sekitarnya. Tapi, bila
datang sendiri atau berdua. Biasanya masalah pribadi, mulai dari bayar uang
sekolah hingga melamar tapi uangnya kurang.
Dananya tentu bukan dari APBD ?
Ya, tentu. Awalnya semua masalah
ditanggulangi pribadi. Namun, kini untuk masalah yang terkait dengan lingkungan
sudah di anggarkan.
Bagi saya yang tidak pernah bermimpi
menjadi bupati, hingga kini belum ada kenikmatan. Tapi sejak awal sudah
bertekad untuk mewakafkan jiwa, raga dan harta untuk Bantaeng. Saya juga
ingin mengabdikan untuk bangsa dan Negara.
Lalu bagaimana cara pak Bupati
menarik investor ?
Investor itu butuh kepastian
dan kemudahan. Kini sejumlah investor telah menanamkan modalnya di Bantaeng,
termasuk investor dari Jepang.(hms)
0 komentar
Posting Komentar